Kenapa Hidup Terasa Membosankan?

Foto profil Umam Alparizi
Kenapa Hidup Terasa Membosankan?

· Gaya Hidup

Kenapa Hidup Terasa Membosankan?

Halo! Pernahkah kamu merasa hidupmu seperti tidak karuan, tanpa arah? Seperti Bangun pagi, bekerja, pulang, lalu  terus menerus mengulanginya lagi keesokan hari. Apa terasa membosankan? Apa sebenarnya yang membuat hidup kita terasa seperti itu? Kita akan membahasnya lebih dalam.

Mengapa Hidup Terasa Membosankan?

Berabad-abad yang lalu, hidup manusia penuh dengan ketidakpastian. Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan hidup. Bayangkan jika tiba-tiba seekor singa muncul di hadapan kita—pilihannya hanya melawan atau lari. Jika ada mangsa, kita harus mengerahkan seluruh tenaga untuk memburunya. Saat itu, seluruh waktu dihabiskan untuk mencari makan dan tempat tinggal, tanpa ada ruang untuk merasa bosan. Kebutuhan untuk bertahan hidup menciptakan dorongan konstan yang membuat hidup terasa intens dan penuh makna.

Namun, semuanya berubah ketika manusia mulai membangun peradaban. Kota-kota berkembang, supermarket menyediakan makanan dengan mudah, dan rutinitas sehari-hari menjadi lebih terprediksi. Ancaman hewan buas dan kelaparan telah digantikan oleh kenyamanan modern. Meski demikian, ketidakpastian tetap ada, tetapi dalam bentuk yang berbeda, seperti misalnya: “Apakah aku akan sukses? Apakah aku bisa membeli rumah impianku? Apakah aku akan menemukan pasangan hidup?”

Ketidakpastian modern ini membuat kita sulit menikmati hidup pada saat ini. Kita terus menyusun rencana untuk masa depan, berharap mendapatkan makna dan manfaat lebih besar dari hidup. Namun, dunia modern yang serba mudah justru menciptakan efek samping: monoton. Misalnya, rutinitas seorang pelajar: bangun pagi, mandi, sarapan, pergi ke sekolah atau kantor, pulang, bersantai, dan tidur. Walaupun kita mencoba menyisipkan variasi dengan hiburan atau aktivitas baru, tetap saja rasa bosan sering menyusup ke dalam keseharian kita.

Bagaimana Kebosanan Menyusup dalam Kehidupan?

Kebosanan muncul ketika kita kekurangan pengalaman baru. Ketika anak-anak, hidup terasa penuh warna karena banyaknya “momen pertama” yang kita rasakan: pertama kali memanjat pohon, pertama kali mewarnai, pertama kali menerbangkan pesawat mainan, atau sesederhana hanya bermain hujan. Saat dewasa, kita sering terjebak dalam aktivitas yang sama berulang-ulang. Tidak mengherankan jika waktu terasa berlalu begitu cepat, dengan hanya sedikit momen yang benar-benar berkesan.

Selain itu, teknologi modern juga memainkan peran besar dalam mempercepat rasa bosan. Kita terus terpapar konten yang kita anggap informasi atau mungkin hiburan tanpa henti, dari media sosial hingga video streaming. Ironisnya, akses yang begitu mudah ke berbagai bentuk hiburan tersebut justru membuat kita kehilangan apresiasi terhadap hal-hal sederhana. Ketika semuanya terasa instan, otak kita mulai kehilangan sensitivitas terhadap pengalaman baru, dan kita menjadi lebih sulit terkesan.

Salah satu cara untuk mengurangi kebosanan adalah dengan mencoba sesuatu yang baru, mengeksplorasi cara-cara baru dalam menjalani hidup. Mulai dari hal sederhana, seperti misalnya jika biasanya kita membeli makanan, cobalah memasaknya sendiri. Atau, jika sering menghabiskan waktu di depan layar, coba luangkan waktu untuk berkebun atau olahraga sederhana seperti push-up dan pull-up. Percayalah, coba lakukan selama seminggu cukup 15 menit setiap harinya. Akan muncul perasaan baru, sensasi yang akan buat tubuhmu merasa sedikit lebih segar, tetapi juga menghadirkan kepuasan kecil yang bisa menghidupkan semangat.

Keluar dari Zona Nyaman?

Banyak dari kita mungkin pernah mendengar motivator mengatakan, “Keluar dari zona nyaman!” Namun, apakah benar itu satu-satunya jalan? Tentu tidak. Hidup menarik tidak selalu tentang mengambil risiko besar atau mencapai sesuatu yang spektakuler. Bahkan rutinitas yang dianggap membosankan oleh orang lain bisa menjadi sumber kebahagiaan jika sesuai dengan kebutuhan kita. Contohnya, Michael Phelps, perenang legendaris yang menjalani rutinitas ketat setiap hari untuk mencapai puncak prestasinya.

Phelps menjadi perenang paling sukses dalam sejarah Olimpiade dengan total 28 medali, 23 di antaranya emas. Phelps mengambil hidup yang dianggap membosankan bagi orang lain, tetapi bagi dirinya, itulah kehidupan yang sejalan dengan siapa dia dan apa yang dia butuhkan. Beberapa dari kita sama seperti Phelps yang memilih kehidupan “membosankan” tapi atas dasar standar dan kebutuhan diri sendiri.

Sebaliknya, obsesi untuk terus membuat hidup “menarik” berdasarkan standar orang lain justru bisa melelahkan. Bagaimana tidak, pendapat orang lain lebih diutamakan di atas kebutuhan diri sendiri. Kamu mungkin butuh menyisihkan uangmu untuk membeli suatu barang seperti misalnya laptop untuk belajar. Namun, kamu membeli gadget kekinian karena ingin merasa “diterima” oleh teman-teman di sekelilingmu dan terlihat lebih menonjol di sosial media.

Kita sering lupa bahwa kebahagiaan sebenarnya datang dari proses, bukan hasil akhir. Dalam psikologi, ini dikenal sebagai “hedonic adaptation”—kecenderungan kita untuk kembali ke tingkat kebahagiaan dasar setelah mengalami sesuatu, baik itu positif maupun negatif. Misalnya, ingat bagaimana rasanya ketika pertama kali membeli handphone baru? Kita merasa sangat senang, terus-menerus mengagumi fitur-fiturnya, dan bahkan tidur pun rasanya ingin dekat dengan HP itu. Namun setelah beberapa minggu atau bulan, perasaan istimewa itu memudar dan HP tersebut hanya menjadi benda biasa dalam keseharian kita. Artinya, bahkan hal-hal yang awalnya terasa luar biasa akan menjadi biasa jika dilakukan terus-menerus tanpa variasi atau apresiasi.

Namun, ini bukan berarti kita harus sepenuhnya menolak perubahan. Kadang-kadang, mencoba sesuatu di luar kebiasaan dapat membuka pintu menuju perspektif baru. Intinya adalah menyesuaikan tantangan dengan kapasitas diri kita, sehingga perubahan itu tidak menjadi beban, melainkan sumber pertumbuhan.

Seni Menikmati Hidup

Jika mengambil risiko terasa terlalu berat, atau menambah elemen baru terlalu merepotkan, kita bisa mencoba mindfulness. Ini adalah seni memberikan perhatian penuh pada setiap momen yang kita jalani. Misalnya, kamu bisa mencoba berjalan kaki di pagi hari di area sekitar rumahmu. Perhatikan udara pagi, suara burung, dan bagaimana dunia terbangun perlahan. Aktivitas ini mungkin sederhana, tetapi efeknya luar biasa. Hal-hal kecil ini mampu mengubah rutinitas biasa menjadi sesuatu yang lebih bermakna.

Mindfulness membantu kita menghargai detail kecil dalam hidup yang sering terlewatkan. Ketika kita melatih diri untuk hadir sepenuhnya di momen sekarang, bahkan aktivitas sederhana pun bisa menjadi pengalaman yang bermakna. Contohnya, berjalan kaki di taman tanpa ponsel, menikmati aroma kopi di pagi hari, atau sekadar duduk diam mendengarkan suara alam di sekitar kita.

Selain meningkatkan kepuasan, mindfulness juga membantu kita mengurangi stres. Dengan fokus pada saat ini, pikiran kita tidak lagi terlalu terbebani oleh kekhawatiran tentang masa depan atau penyesalan terhadap masa lalu. Praktik ini, jika dilakukan secara konsisten, dapat membawa perubahan besar dalam cara kita melihat kehidupan sehari-hari.

Kebosanan sebagai Alarm Perubahan

Kebosanan merupakan bagian alami dari perjalanan hidup manusia. Kebosanan sebenarnya adalah tanda bahwa ada sesuatu yang perlu kita ubah. Namun, tidak semua perubahan harus besar. Baik itu mencoba hal baru, memperhatikan detail kecil, atau menggabungkan keduanya, setiap langkah kecil bisa membuat perbedaan.

Pada akhirnya, kebosanan bukanlah musuh yang harus dihindari, melainkan sinyal berharga yang mengajak kita untuk berubah. Seperti alarm lembut yang membangunkan kita dari rutinitas, kebosanan membisikkan bahwa mungkin sudah waktunya melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. Entah itu mengubah pola pikir, memperkaya aktivitas sehari-hari, atau mengevaluasi ulang tujuan hidup - semua tergantung bagaimana kita meresponnya. Yang terpenting adalah mengambil momen ini untuk berhenti sejenak, menyadari kehadiran kita di sini dan sekarang, dan mulai berdansa dengan kehidupan dalam irama yang lebih bermakna.


Bagaimana menurutmu? Apakah kamu juga pernah merasakan hal yang sama? Jika kamu tertarik untuk mendalami topik ini lebih jauh, kamu bisa menyimak video berikut.
Referensi: https://www.youtube.com/watch?v=Q-10s93Om9E

Share